Pasal 566.
(s.d.u. dg. S. 1933-47 j.
S. 1938-2; UU N. 18 / Prp / 1960.) Seorang nakoda kapal Indonesia yang
tidak memenuhi kewajibannya menurut alinea kedua pasal 358a Kitab Undang-undang
Hukum Dagang, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (KUHP 93, 95, 478; KUHD 341,
341d, 534 dst.)
Pasal 567.
(s.d.t. dg. S. 1934-214 j. 1938-2; s.d.u. dg. UU N. 18 / Prp / 1960.) Kalau di atas kapal Indonesia
pekerjaan anak buah kapal dikerjakan oleh orang-orang yang tidak mengadakan
perjanjian kerja seperti dimaksud dalam pasal 395 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang atau tidak menjalankan perusahaan di kapal atas biaya sendiri, ataupun oleh
orang-orang yang namanya tidak ada dalam daftar anak buah kapal, di mana hal
ini diharuskan oleh aturan-aturan umum, maka pengusaha kapal atau nakodanya
diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah untuk tiap-tiap
orang yang bekerja demikian. (KUHD 320, 341, 341d, 375 dst., 380, 383, 395
dst.; KUHP 8, 93, 95.)
Pasal 568.
(s. d. t. dg. S. 1933-47 jis. S. 1934-214;
S. 1938-2; s.d. u. dg. UU N. 18 /
Prp / 1960.) Barangsiapa menandatangani knsemen yang dikeluarkan dengan
melanggar ketentuan pasal 517b Kitab Undang-undang Hukum Dagang, demikian pula orang
yang untuknya hal itu dilakukan sesuai dengan kewenangannya, diancam, bila
knsemen itu lalu dikeluarkan, dengan pidana denda paling banyak tujuh puluh
lima ribu rupiah. (KUHD 321, 331, 470, 504.)
Pasal 569.
(s.d.t. dg. S. 1933-47 jis. S. 1934-214; 1938-2.)
(1) (s.d.u. dg. UU N. 18 / Prp / 1960.) Barangsiapa
menandatangani surat jalan yang dikeluarkan dengan melanggar ketentuan pasal
533b Kitab Undang-undang Hukum Dagang, demikian pula orang yang untuknya hal
itu dilakukan sesuai dengan kewenangannya, diancam, bila surat itu lalu
dikeluarkan, dengan pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
(2) Diancam dengan
pidana yang sama, barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan pasal 533b Kitab
Undang-undang Hukum Dagang, memberikan surat jalan yang tidak ditandatangani,
demikian pula orang yang untuknya hal itu dilakukan sesuai dengan
kewenangannya. (KUHD 321, 331, 524.)